TARBIYAH

TARBIYAH

Jumat, 29 Oktober 2010

PENGELOMPOKKAN KEILMUAN DALAM KAJIAN ISLAM

Model berfikir kajian islam

Model Epistimologis yang popular dalam studi islam oleh Al Jabiri dapat dibagi 3 yaitu:

1. Linguistic/ tekstual (bayani)

2. Demonstrative (burhani)

3. Gnostik/ intuitif (‘irfani)

1. Rumpun Bayani

Bayani secara etimilogis mempunyai pengertian penjelasan, pernyataan , ketetapan. Sedangkan secara terminologis bayani berarti pola piker yang bersumber pada nash, ijma’, dan ijtihad.

Epistimologi Bayani adalah pendekatan dengan cara menganalisis teks. Maka sumber epistimologi Bayani adalah teks. Sumber teks dalam studi islam dapat dikelompokkaaaan menjadi dua yakni:

1. Teks nash ( al quran dan sunnah nabi Muhammad SAW)

2. Teks non nash berupa karya para ulama.

Objek kajian yang umum dengan pendekatan bayani adalah:

1. Gramatika dan sastra ( nahwu dan balaghah)

2. Hokum dan teori hokum (fiqih dan ushul fiqih)

3. Filologi

4. Teologi

5. Dalam beberapa kasus di bidang ilmu-ilmu al quran dan hadis.

Adapun corak yang diterapkan dalam ilmu ini cenderung deduktif yakni mencari (apa) isi dari teks (analisis content)

Diantara kritik yang muncul terhadap epistimologi bayani adalah munculnya sikap:

1. Dogmatic

2. Defensive

3. Apologetic

4. Polemis.

Artinya menempatkan teks yang dikaji sebagai satu ajaran mutlak (dogma) yang harus dipatuhi, diikuti dan diamalkan, tidak boleh diperdebatkan , tidak boleh dipertanyakan apalagi ditolak.demikian juga apa isi teks harus dipertahankan dan dibela sekuat tenaga. Dari sikap inilah muncul semboyan “ right or wrong is my country”. Padahal teks yang dikaji penuh dengan historisitas yang barangkali berbeda dengan historitas kita pada zaman global , post industry dan informatika. Dengan kata lain konteks lahirnya teks ang dikaji mestinya mendapat perhatian ketika dikaji pada masa kini untuk diberlakukan dengan berbeda konteks. Dengan begitu mestinya kajian model ini diperkuat dengan analisis konteks, bahkan konstekstualisasi (relevansi).

2. Epistimologi burhani

Maksud epistimologi burhani adalah bahwa untuk mengukur banar atau tidaknya sesuatu adalah dengan berdasarkan komponen kemampuan alamiah manusia berupa pengalaman dan akal tanpa dasar teks wahyu suci, yang memunculkan peripatik. Maka sumber pengetahuan dengan nalar burhani adalah realitas, empiris, alam, social, dan humanities. Artinya ilmu diperoleh atas dasar penelitian , hasil percobaan, hasil eksperimen, baik di laboratorium maupun di alam nyata, baik yang bersifat social maupun alam. Corak berpikir yang digunakan adalah induktif yaitu generalisasi dari hasil-hasil empiris.

Sikap terhadap kedua epistimologi bayani dan burhani bukan berarti harus dipisahkan dan hanya boleh memilih salah satu di antaranya.malah untuk menyelesaikan pronlem-problem soaial dan dalam studi islamjustru di anjurkan untuk memadukan keduanya. Dari perpaduan ini muncul nalar abduktif yaitumencoba memadukan model berfikir deduktif dan induktif. Nalar abduktif ini mirip dengan nalar ‘sui generis kum empiris’. Perpaduan antara hasil bacaan yang bersifat kontekstual terhadap nash-nash dan hasil-hasil penelitian empiris, justru kelak melahirkan ilmu islam yang lengkap (konfrehensif), luar biasa, dan kelak dapat menuntaskan problem-problem social kekinian dan keindonesiaan.

3. Epistimologi ‘irfani

Epistimologi ‘irfani adalah pendekatan yang bersumber pada intuisi (kasf/ilham). Sumber pengetahuan nya ‘irfani adalah pengalaman (experience). Dari ‘irfani kemudian muncul illuminasi (illuminatif).

Analogi dalam nalar ‘irfani ada 3 (tiga ) yaitu:

1. Penyerupaan didasarkan pada korespodensi numeris

2. Penyerupaan didasarkan pada suatu representasi

3. Penyerupaan ritoris dan puitis.

Tekhnik-tekhnik penelitian khusus dalam nalar ‘irfani:

1. Riyadah : rangkaian latihan dan ritus, dengan penahapan dan prosedur tertentu.

2. Tariqah : sebagai kehidupan jamaah yang mengikuti aliran tasawuf yang sama.

3. Ijazah : dalm penelitian ‘irfaniah , kehadiran guru (mursyid) sangat penting. Mursyid membimbing murid dari tahap satu ke tahap yang lain. Pada tahap tertentu , mursyid memberikan wewenang (ijazah) kepada murid.

Dalm nalar ‘irfani yang menjadi tolak ukur adalah memahami perasaan orang lain, simpati, empati. Keputusan tidak didasarkan pada yang tersurat atau formalitas, namun lebih kepada yang tersirat dan apa yang dirasakan pihak lain.dalam studi islam keilmuan yang termasuk dalam kategori ini adalah tasawuf dan akhlak.

Dalam pandangan Amin Abdullah , ketiga nalar keilmuan di atas tidak dapat berdiri sendiri , namun harus saling berhubungan satu nalar dengan yang lain. Dalam diri seorang harus ada ketiga nalar tersebut sehingga ketika mencermati dan menghadapi sebuah persoalan tidak dipahami secara sepihak dan satu alur, namun dilihat secara komfrehensif, baik dari aspek formal, makna, dan penyebab terjadinya hal tersebut.


5 komentar:

  1. Riski purwani:
    Saya setuju banget dengan pendapat Amin Abdullah,dimana dalam menyelesaikan sebuah persoalan tidak hanya menggunakan nalar bayani, atau burhani, atau hanya ‘irfani saja, melainkan kita harus mengkombinasikan ketiga nalar tersebut , supaya persoaaln dapat terselesaikan secara komprehensif. dalam menyelesaikan sebuah masalah, kita tidak bisa jika hanya menggunakan sumber nash, atau intuisi saja namun juga harus dibarengi dengan pemahaman atau pengertian akan perasaan orang lain, dan juga perlu kita pertimbangkan aspek formal, makna dan penyebab terjadinya sebuah masalah tersebut, sehingga sebuah persoalan yang sedang di permasalahkan dapat terkupas dan terselesaikan engan mudah...

    BalasHapus
  2. Ketiga nalar tsb memang tidak dapat berdiri sendiri, masing-masing saling berhububungan satu sama lain

    BalasHapus
  3. rani ristiyanti say :)
    dengan adanya pengklasifikasian PENGELOMPOKKAN KEILMUAN DALAM KAJIAN ISLAM ,, saya merasa lebih bisa memahami apa itu nalar burhani ,irfani dan bayani

    BalasHapus
  4. Dwi Hastuti Pungkasari :
    Ketiga nalar tersebut harus digunakan secara bersama-sama agar menghasilkan pengertian yang utuh. tidak terpecah-pecah.

    BalasHapus
  5. dengan adanya pengelompokan keilmuan dalam islam akan sangat membantu bagi muslim untuk lebih mendalami ajaran-ajaran yang berkembang.nalar burhani,bayani dan irfani sangat relevan jd antara yang satu dengan nalar lainnya harus selalu terkait...
    islam is the best religion,,,!

    BalasHapus