TARBIYAH

TARBIYAH

Sabtu, 22 Januari 2011

Pendekatan Dalam Study Islam

Dalam Study Islam, dikenal ada beberapa pendekatan. Diantaranya yaitu sebagai berikut :

1. Pendekatan Antropology

Pendekatan ini, memperlakukan obyek kajian sebagai sebuah gejala kebudayaan.Kemudian muncul pertanyaan, Mengapa kita perlu atropology dalam mengkaji study islam?

Sebelum kita bahas mengenai alasan perlunya antropologi, alangkah baiknya jika kita kaji lebih dulu mengenai karakteristik dari antropologi itu sendiri.

Karakteristik Antropologi :

· Penuh dengan empati dalam memandang segala sesuatu.

· Memahami nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, sehingga kita lebih bias berempati.

· Memahami budaya orang lain dengan kacamata orang, bukan dengan kacamata kita.

· Dengan Antropologi, seorang lebih menghargai / tidak menghakimi tradisi orang lain.

Selain itu, ada beberapa alasan pentingnya kita memahami pendekatan antropologi dalam study Islam. Alasannya adalah sebagai berikut :

* Untuk memahami fenomena budaya yang terjadi dalam masyarakat.

* Agar kita lebih berempati ketika melihat perbedaan yang ada dalam masyarakat.

Beberapa penghalang yang mungkin terjadi ketika mengkaji antropologi, yaitu :

§ Sakralitas / profanitas, yaitu memandang sesuatu itu sangat sacral (sakralitas) atau tidak (profane)

§ Merasa kebudayaannya inferior atau superior.

Inferior ­­→ Anggapan bahwa kebudayaannya tidak lebih baik dari kebudayaan orang lain.

Superior → Anggapan bahwa kebudayaannya itu jauh lebih baik dari pada kebudayaan orang lain.

§ Masalah insider atau outsider.

Insider → Adanya keterlibatan emosi.

contoh : seseorang yang menceritakan sesuatu yang ia senangi untuk menjadi budayanya.

Outsider → Melihat budaya orang lain dengan standar hidupnya.

Jadi dapat disimpulkan, bahwa dengan antropologi komunikasi lintas bangsa / budaya dapat terhubungkan dengan baik dan penuh dengan empati.

2. Pendekatan Sosiologi

Sosiologi adalah sebuah ilmu yang mengkaji tentang kemasyarakatan Sedangkan pengertian masyarakat adalah :

· sejumlah manusia yang mendiami suatu wilayah.

· Manusia yang mempunyai system kekerabatan

· Manusia yang mempunyai system produksi.

Jadi pengertian pendekatan sosiologi yaitu sebuah pendekatan dimana dia memperlakukan obyek kajian sebagai gejala kemasyarakatan.

Terdapat 3 teori mengenai cara mempelajari masyarakat, yaitu :

* Teori Interaksionisme : Cara mempelajari masyarakat dengan cara melihat interaksi antara individu / melihat unit-unit dalam masyarakat atau orang orang kunci atau interaksi social. Teori ini dikembangkan oleh Max Weber.

* Teori Fungsionalisme / teori Fakta Sosial : Cara mempelajari masyarakat dengan melihat cara kerja masyarakat tersebut secara keseluruhan. Teori ini dikembangkan oleh Emile Durkheim.

* Teori Perubahan : Mempelajari masyarakat dengan cara melihat pola konsumsi dan pola perubahan dalam masyarakat. Teori ini dikembangkan oleh Anthony Gidden.

Sosiologi ketika digunakan oleh study islam melihat, menjelaskan dan menggambarkan :

§ Interaksi Sosial

§ Fakta Sosial

§ Perubahan Sosial.

3. Pendekatan Sejarah

Yaitu suatu pendekatan yang memperlakukan obyek kajian sebagai suatu gejala dinamika dan perubahan.

Sejarah dibagi menjadi 2, yaitu :

→ Sejarah Periodisasi : sejarah sebagai suatu fase-fase / berurutan.

→ Sejarah Kategorisasi : Sejarah mempunyai tren, tapi tidak berurutan.

Dalam hal ini, dikenal 2 jenis masyarakat, yaitu :

a. Orang tradisionalis : mereka maju dengan melihat masa lalu / sejarah.

b. Orang modernis : Maju tanpa melihat sejarah masa lalu.

4. Pendekatan Hermeneutika

Yaitu sebuah pendekatan yang meperlakukan obyek kajian sebagai gejala teks, maka sebuah agama dianggap sebagai gejala teks.

Mengapa dikatakan sebagai sebuah gejala teks???

Karena : Dalam islam ada pembatasan dalam intuisi, sehingga harus di pandu dengan Al-Qur’an, dan khabar – khabar yang dapat dipercaya seperti : hadits, wahyu, ilham, dll. Dari alasan tersebut maka muncullah pendekatan teks / Hadharatun nash.

Efek Hermeneutika :

v Membuat orang senantiasa setiap saat dapat menafsirkan sesuai dengan dirinya.

v Al-Qur’an adalah salah satu bentuk kehendak Allah, sedang yang lain merupakan kehendak alam,dll ( selain Allah )

Manfaat Hermeneutika adalah dapat membuat seseorang berfikir kritis.

Isu-isu actual dalam Study Islam

Akhir – akhir ini terdapat beberapa isu dalam study islam, diantara isu-isu tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pluralisme

Pluralitas : kemajemukan, sedangkan isme : paham.

Jadi, Pluralisme yaitu suatu paham yang menghargai kemajemukan / keanekaragaman.

Jika Plural itu masuk ke dalam wilayah profane (dunia), maka plural hanya sebagai taste / selera. Sedangkan jika masuk dalam wilayah yang sacral, maka plural itu bukan lagi menjasdi sebuah selera .

Dalam masalah ini, terdapat pro dan kontra. Orang anti pluralisme :mereka menganggap bahawa orang pluralis itu menyamakan semua agama, anggapan ini disebut paham kartesia.

Sedangkan orang pluralis, mereka menganggap perbedaan itu fitrah. Dan kebenaran itu tidaklah mutlak. Mereka berkata : “Kalau islam itu benara, maka yang lain belum tentu salah.

2. Gender

Gender berarti jenis kelamin. Sedangkan pengertian gender yaitu sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi oleh social dan cultural.

Gender secara bahasa hamper sama artinta dengan sex. Namun keduanya jelas berbeda,

Gender : Hal-hal non biologis seperti sifat, karakter ( hal-hal yang dapat dipertukarkan )

sex / jenis kelamin : hal-hal yang berhubungan dengan fisik/biologis dan tidak dapat dipertukarkan.

Dalam masalah gender, sering muncul istilah misiginis yaitu memandang rendah perempuan. Sehingga sekarang ini terjadi ketimpangan-ketimpangan dalam masyarakat seputar gender, yaitu :

1. Seterotriping : Anggapan bahwa laki-laki itu lebih kuat dari perempuan, sedangkan perempuan hanyalah seorang yang lemah.

2. Marginalisasi : margin → pinggir. Yaitu meminggirkan perempuan dari public / perempuan dipinggirkan.

3. Sub Ordinasi :Penganakbuahan / pembawahan. Yaitu menempatkan perempuan pada level bawah.

4. Vailens :Kekerasan pada perempuan.

5. Double Bardon :Beban berganda, perempuan dalam keluarga justru mempunyai beban ganda.

6. Domestifikasi : domestic / dirumah tanggakan. Perempuan tidak dibiarkan untuk keluar, mereka dianggap sebaga orang rumahan dan tidak perlu keluar.

3. Civil Society

Istilah ini dalam kajian keislaman dikenak juga dengan masyarakat madani ( masyarakat islam yang mengacu kepada model pemerintahan Nabi Muhammad SAW di Madinah).

Dalam istilah lain, civil society dapat di artikan sebagai kelompok / tatanan masyarakat yang berdiri sendiri dihadapan penguasa dan mempunyai rung public.

Beberapa Pilar penegak Civil Society :

1. Lembaga Swadaya Masyarakat

2. Pers

3. Supremasi Hukum

4. Perguruan Tinggi

5. Partai Politik.

Karakteristik Civil Society :

1. Free public sphare

2. Demokrasi

3. Toleransi

4. Pluralisme

5. Keadilan Sosial

6. Organisasi Sosial / masyarakat

4. Pendidikan Inklusif

Pendidikan di sekolah biasa yang mengakomodasi semua masyarakat termasuk anak yang mempunyai kebutuhan khusus (difable,dll). Atau dengan kata lain, pendidikan inklusif merupakan pendidikan yang dapat di akses oleh semua orang.

Prinsip dari pendidikan inklusif adalah menghargai perbedaan yang ada dalam masyarakat.

Rabu, 19 Januari 2011

PLURALISME

Pengertian pluralisme

Pluralisme berasal ari kata “plural” yang berarti kemajemukan atau keanekaragaman dan “isme” yang berarti paham, jadi pluralism adalah paham kemajemukan.

Pluralisme atau Kemajemukan

ž Sikap dasar yang seharusnya dikembangkan adalah sikap bersedia untuk menghargai adanya perbedaan masing-masing anggota masyarakat.

ž Perbedaan dipandang sebagai hak fundamental dari setiap anggota masyarakat dan menuntut anggotanya untuk menjaga, menghargai dan menumbuhkan nya

Pluralisme dalam kajian studi islam

ž Musa Asy’ariรจ sesungguhnya berbeda dengan orang lain bukanlah suatu kesalahan, apalagi kejahatan , namun sangat diperlukan.

ž Al-Qur’an mengajarkan kepada kepada kita akan penting dan perlunya memberlakukan perbedaan dan Pluralisme secara arif yaitu untuk mengenal dan belajar atas adanya perbedaan dan Pluralitas untuk saling membangun dan memperkuat saling pengertian dan tidak melihat dalam perspektif tinggi dan rendah ataupun baik dan buruknya .

ž Al-Qur’an juga menganjurkan kepada kita untuk dapat menjaga dan mengembangkan musyawarah.

ž Musyawarah yang di anjurkan adalah musyawarah yang dilakukan secara tulus dan ikhlas bukan yang basa-basi yang selama ini berkembang dalam iklim kehidupan politik yang represif yang akhirnya hanya melahirkan kesepakatan yang kosong hanya ada diatas kertas tetapi tidak dijalankan dalam aktualitas kehidupan bersama dan tidak melahirkan dampak yang mententramkan bagi kehidupan masyarakat.

Islam dan Tantangan Pluralisme agama

1. Perkembangan spiritual dan materitual

a. Bukanlah hal yang sulit bagi Allah untuk membuat umat manusia menjadi satu komunitas tetapi Allah memberi Rahmat dengan Pluralisme dengan menambah kekayaan dan keberagaman hidup.

b. Setiap komunitas mempunyai jalan hidup kebiasaan tradisi dan hukumnya sendiri dan semua hukum dan cara hidup itu haruslah menjamin perkembangan dan memperkaya hidup walaupun berbeda satu sama lain.

c. Allah tidak memaksakan satu hukum untuk semuanya dan sebaliknya menciptakan banyak pluralitas.

d. Allah tidak menciptakan banyak pluralitas dengan sesuatu tujuan yaitu untuk menguji umat manusia atas apa yang telah diberikan kepada mereka (misalnya perbedaan kitab suci, hukum, dan jalan hidup). Tujuan itu adalah untuk hidup secara damai dan harmonis sesuai kehendah Allah. Perbedaan hukum dan jalan hendahnya tidak menjadi penyebab ketidakharmonisan dan perbedaan yang diharapkan dari manusia adalah hidup degan segala perbedaan & berlomba-lomba satu sama lain dalam amal kebaikan.

2. Menghormati tempat-tempat ibadah

Sebagai konsekuensi semua tempat ibadah harus dihormati dan dilindungi, al-Qur’an menyebutkan bahwa di dalam tempat-tempat ibadah baik itu gereja, tempat ibadah orang yahudi atau masjid banyak disebut nama Allah. Bagian yang paling konkrit & signifikan. Tidak ada tempat ibadah agama yang lebih istimewa.

3. Civil society yang Pluralis

Islam betul-betul berupaya mengembangkan civil society yang pluralis dan menjamin martabat dan kebebasan setiap orang

ž Karena teori-teori ini self contradiction dan reduksionisme yang pada dirinya akhirnya berseberangan dengan tujuan yang semula direncanakan bukannya toleran tapi malah berubah menjadi intoleran dan bengis terhadap perbedaan agama lebih dari itu teori cenderung mengeliminasi dan menekan “kelainan yang lain-lain” (the otherness of the others). Tren-tren pluralism agama lebih merupakan ‘masalah’ baru daripada sebuah solusi.

Pluralism ditilik dari nalar kritis dan historis

ž Fenomena pluralitas agama telah banyak menyita perhatian para teolog, filosof, pemikir, budayawan, akademisi dan kaum cerdik-cendekiawan

ž Solusi yang ditawarkan oleh kaum pluralis muslim atas isu kemajemukan tentu saja tampak menarik, meyakinkan dan promising namun kajian yang kritis dan mendalam terhadap argument dan nalar yang dikembangkan menunjukkan adanya kelemahan yang sangat mendasar, baik dari segi metodeologi maupun subtansi, diantaranya :

a. Inkonsistensi

b. Reduksi

kerancuan nalar kritis pluralism agama Menurut Jonh Hick ada 2 hal:

a. Gagasan pluralism agama tidak monolitik, dalam pengertian terdapat pluralitas dalam pluralisme agama.

b. Pluralism memang meniscayakan keragaman dan divercity bukan persamaan namun perbedaan itu bukan saling dibenturkan melainkan dimaknai sebagai desain Ilahi dan kebjakan social sehingga memunculkan sifat inklusif dan apresiasif.

ž Dalam al-Qur’an ada 3 sikap terhadap non muslim:

a. Positif

b. Netral

c. Negative

ž Pernyataan pluralitas masyarakat, masing-masing agama hidup dalam splendid isolution (keterasingan sempurna) dan different tolerance (toleransi acuh tak acuh) belum beranjak ketingkat meet each other to learn from and help each other (bertemu untuk belajar dan menolong satu sama lain) sehingga sangat mudah di manfaatkan kelompok-kelompok kepentingan untuk mewujudkan ambisi-ambisi politik social.

ž Umat beragama belum melakukan learn from and help each other biasanya cenderung eksklusif dan memandang hubungan antar agama dengan kacamata “superior” dan “inferior”

Dari Pluralism ke Dialog Agama

1. Islam dan Pluralisme

Kesamaan pandangan mengenai pluralism yakni menerima keragaman sebagai fakta sejarah dan social.

Dekage terakhir gagasan-gagasan yang memihak dialog dan pluralisme agam mulai mendapat perhatian.

Pemikiran muslim modernis dan liberal menganggap pluralism sebagai bagian dari desain dari Ilahi dank arena itu melambang kekayaan.

2. Komitmen Dialog

Untuk dapat mengakui, mentolelir, mempertahankan dan bahkan mendorong pluralism agama, seseorang tidak perlu meninggalkan komitmennya terhadap agamanya sendiri.

Secara pskologis tanpa komitmen dan loyalitas, kita tidak akan bisa mengartikulasikan secara bermakna perihal religious personality atau religious community.

Perbicaraan tentang pluralitas dan dialog agama akan sangat berarti apabiala terjadi dikalangan orang-orang yang punya komitmen.

Model Dialog Antar Agama

1. Signifikansi dialog

Paradigma keagamaan telah terpatri dan teraplikasi dalam kehidupan beragama, maka model dialog agama yang dianggap sesuai karakter dan sosio cultural masyarakat setempat dapat dilalui dalam sebuah musyawarah dan kesepakatan bersama antar mereka yang berbeda agama.

2. Model dialog

Muhammad Jafar menegaskan 3 model dialog :

1. Parliamentary dialogue (dialog parlementer)

2. Institutional dialogue (dioalog kelembagaan)

3. Dialogue in community (dialog dalam masyarakat) dan dialog oflife (dialog kehidupan)

Muhtadin menawarkan suatu pendekatan cultural sebagai mekanisme dialog agama yang sangat penting dan lebih mengena.

Dilemma Pluralism Dan Dialog Agama

1. Terkesan elitis

Dalam lingkup yang lebih luas, gagasan pluralism dan inklusivisme hendaknya dikembangkan sebagai wacana public melalui intensifikasi pnyelenggara ekskusi, seminar dsb guna mengenalkan identitas agama-agama dan alirannya dengan perspektif wawasan yang lebih terbuka dan tidak fanatic.

2. Bias politik

Kerukunan dan persaudaraan antar agama seringkali tercabik oleh perbedaan orientas politik tokoh-tokok keagamaan

Intergritas Dialog Antar Agama

ž Hal positif dari aktivitas dialog lintas agama

1. Berkumpulnya orang-orang dari berbagai keyakinan yang berbeda dan tumbuhnya semangat persahabatan, dan saling percaya dikalangan masyarakat yang semula mempunyai pandangan negative bahkan permusuhan satu sama lain.

2. Berkembangnya bentuk kesarjanaan yang lebih simpatik dan bersahabat tentang islam, terutama dalam lingkungan academia Kristen barat.

3. Lompatan metodelogis dalam studi agama-agama.

Tantangan

Tantangan yang kita hadapi bukan bagaimana menyelamatkan agama dari keaneragaman teologi, misi, dan tradisi, melainkan bagaimana membangun komitmen menghargai perbedaan itu. Al-Qur’an sendiri hanya menganjurkan agar kita mencari-cari titik temu (kalimatun sawa’), bukan menyeragamkan perbedaan dalam teologi, ritual ataupun institusi, sebab keragaman itu memang desain Ilahi,

ž Agama dan Perbedaan

Kultur perdamaian dapat tumbuh, berkembang, dan membawa kita kepada masa depan yang lebih baik.

Kita memang menaruh harapan besar bahwa diaolog lintas agama akan memberi kontribusi signifikan terhadap pembentukan kultur perdamaian.

Munculnya sejumlah gerakan social yang berjuang untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan damai.